KETIKA KITA SAKIT

Semoga Allah Ta’ala yang mengusai diri kita ini, memberikan karunia kesehatan lahir dan batin kepada kita. Dan sekaligus memberikan kemampuan kepada kita untuk pandai mensyukuri nikmat sehat ini.

Mengingat tidak sedikit orang yang sehat, namun tidak membuatnya bersyukur atas kesehatannya, malah mendorongnya melakukan banyak maksiat, bukan beramal shalih. Na’udzu min dzalik.

Namun ketika kita sedang diuji dengan sakit, yakinlah bahwa Allah pasti menyembuhkannya.  Perbanyaklah berdoa dengan doanya Nabi Ibrahim sebagaimana termaktub dalam Al Quran surat Asy-Syuara’ : 80,

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku.”

Selanjutnya kita perlu menyikapinya dengan sabar, yakni bersabar dalam menjalani proses sakit yg kita alami.  Bukan berkeluh kesah. Dan salah satu hikmahnya adalah gugurnya dosa kita, sebagaimana gugurnya daun-daun pepohonan.

Tentu tidak cukup dengan sabar, kita juga harus tetap berprasangka baik kepada Allah. Kalaupun penyakit kita tidak kunjung sembuh, bahkan makin parah, tetaplah bersangka baik kepada Allah.  Mungkin itulah cara Allah untuk mencuci bersih dosa-dosa kita, agar ketika kita menghadap-Nya, sudah bebas dari dosa.

Maka berdoalah pula dengan doanya Nabi Ayyub sebagaimana termaktub di dalam Al Quran surat Al Anbiya’ : 83,

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”

Di samping kita harus sabar ketika diuji sakit, tetap berprasangka baik kepada Allah, dan terus berdoa kepada Allah,  kita juga harus menyempurnakan ikhtiar dalam rangka meraih kesembuhan. Dengan berobat ke dokter, atau dengan mengkonsumsi herbal-herbal yang sudah teruji khasiatnya.

Hakikatnya hidup ini memang tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunnatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan sesuatu yang tidak disukainya maupun dengan sesuatu yang menyenangkannya.

Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. al-Anbiyaa’: 35

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.”

 Dari ayat ini, Allah menegaskan kepada kita, bahwa kita pasti akan diuji dengan kesusahan dan kesenangan, sakit dan sehat, miskin dan kaya, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.

Dan sakit/ wabah juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang ditimpakan kepada hamba-Nya. Namun sesungguhnya di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/ hikmah yang tidak dapat dinalar oleh akal manusia.

Di antara hikmah SAKIT itu adalah :

Sakit menjadi kebaikan bagi seorang Mukmin

Rasulullah bersabda : “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kesenangan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Sakit dapat menghapus dosa

Rasulullah bersabda : ”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesulitan yang sangat menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” (HR. Muslim)

Dalam sabdanya yang lain, ”Janganlah kamu mencela penyakit, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kerak besi.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin menggerutu, berkeluh kesah, apalagi sampai berburuk sangka kepada Allah atas musibah sakit yang dideritanya.

Dengan Sakit agar seorang hamba kembali kepada Allah

Sesungguhnya di balik setiap penyakit dan musibah, akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah, agar kembali kepada-Nya.

Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan cenderung melalaikan Rabb-nya. Namun ketika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahannya di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi sadar atas kelalaiannya selama ini, sehingga dia kembali kepada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri.

Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. al-An’am: 42,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami timpakan kepada mereka kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.”

Semoga saudara-saudara kita yang saat ini sedang sakit, segera disembuhkan oleh Allah.  Dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah dan dalam naungan rahmat-Nya.

Leave a Reply